KETENGIKAN
MINYAK
Minyak
hasil produksi umumnya tidak langsung digunakan, tetapi melalui masa
penyimpanan dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal ini mengakibatkan
perubahan rasa dan bau dari minyak yang tidak disukai dan juga terjadi semacam
keracunan pada beberapa individu tertentu. Seperti halnya bahan-bahan organik
yang lain , minyak pun akan mengalami kerusakan. Kerusakan minyak yang terkenal
adalah terjadinya ketengikan pada minyak tersebut, diantara kerusakan minyak
yang terjadi ternyata kerusakan karena autooksidasi yang paling besar
pengaruhnya terhadap cita rasa (Ketaren, 1986). Rasa tak enak dari minyak yang
teroksidasi ini dihubungkan dengan terbentuknya produk primer dari asam lemak
tak jenuh berupa peroksida atau hidroperoksida dan produk sekunder berupa asam
lemak bebas,aldehid dan keton (Sudarmadji, dkk.1989).
Proses
oksidasi dimulai dari pembentukan peroksida dan hidroperoksida, dan tingkat
selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi terbentuknya
oleh aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas. Ketengikan terbentuk oleh
aldehid dan keton bukan oleh peroksida. Kenaikan bilangan peroksida hanya
indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi akan berbau tengik(Ketaren,
1986).
Berbagai jenis minyak atau lemak akan
mengalami perubahan flavor dan bau sebelum terjadi proses ketengikan, ini
dikenal sebagai reversion. Beberapa peneliti berpendapat bahwa hal ini khas
pada minyak atau lemak. Reversion terutama dijumpai dalam lemak dipasar dan
pada pemanggangan atau penggorengan dengan menggunakan temperatur yang terlalu
tinggi.
Ketengikan berbeda dengan reversion.
Beberapa minyak atau lemak mudah terpengaruh untuk menjadi tengik tapi akan
mempunyai daya tahan terhadap peristiwa reversion, misalnya pada minyak jagung.
Perubahan flavor yang terjadi selama reversion berbeda untuk setiap jenis
minyak. Sedangkan minyak yang telah menjadi tengik akan menghasilkan flavor
yang sama untuk semua jenis minyak atau lemak. Bilangan peroksida yang sangat
tinggi dapat menjadi indikasi ketengikan minyak atau lemak, tetapi bilangan
peroksida ini tidak mempunyai hubungan dengan peristiwa reversion. (Ketaren,
1986)
Kerusakan minyak atau lemak dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain:
1.
Penyerapan
bau (Trainting)
Apabila bahan pembungkus dapat
menyerap lemak, maka lemak yang terserap ini akan teroksidasi oleh udara
sehingga rusak dan berbau. Bau dari
bagian lemak yang rusak ini akan diserap oleh lemak yang ada dalam bungkus yang
mengakibatkan seluruh lemak menjadi rusak (Winarno,1992).
2.
Hidrolisis
Dengan adanya air,
lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi ini
dipercepat oleh basa, asam dan enzim-enzim. Dalam teknologi makanan, hidrolisis
oleh enzim lipase sangat penting karena enzim tersebut terdapat pada semua
jaringan yang mengandung minyak. Dengan adanya lipase, lemak akan diuraikan
sehingga kadar asam lemak bebas lebih rendah dari 10%. (Winarno,1992).
3.
Oksidasi Lemak
Kerusakan lemak yang
utama adalah timbul bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. Dimulai
dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas. Oksidasi ini dapat juga
berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau
lemak. Terjadinya oksidasi akan mengakibatkan bau tengik pada minyak atau lemak
(Winarno,1992).Peruban-perubahan kimia atau penguraian minyak dan lemak dapat
mempengaruhi bau dan rasa suatu bahan makanan, baik yang menguntungkan ataupun
tidak. Pada umumnya penguraian minyak dan lemak menghasilkan zat-zat yang tidak
dapat dimakan. Kerusakan minyak dan lemak menurunkan nilai gizi serta
menyebabkan penyimpangan rasa dan bau pada minyak dan lemak yang bersangkutan
(Winarno,1992).
Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak.
minyak
yang
mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang
menghasilkan
suatu senyawa peroksida. Cara yang sering digunakan untuk menentukan
angka
peroksida adalah dengan metoda titrasi iodometri. Dalam metoda ini minyak dilarutkan
ke dalam larutan asam asetat glacial-kloroform (3:2) yang kemudian ditambahkan
ki. dalam campuran tersebut akan terjadi reaksi ki dalam suasana asam dengan peroksida
yang akan membebaskan I2. kemudian I2 yang dibebaskan
selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (anwar,
1996:396).
Daftar
Pustaka
jumat, 30
November 2012/09.30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar