Bahan
tambah pangan menurut Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 mendefinisikan
bahwa tambah makanan adalah bahan yang tidak bisa dikonsumsi sebagai makan dan
biasanya bukan merupakan komposisi atau ingredien khas makanan,dapat bernilai
gizi,atau tidak bernilai gizi,ditambah kedalam makanan dengan sengaja untuk
membantu tekhnik pengolahan makanan baik dalam proses pembuatan, pengolahan, penyimoanan,
perlakuan, pengepakan, pengemasan, pengangkutan,penyimpanan produk makanan
olahan,agar menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak)
suatu makanan yang lebih baik atau secara nyata mempengaruhi sifat khas makanan
tersebut.
Pengawet makanan merupakan bahan
makanan yang dapat mencegah dan menghambat fermentasi, pengasaman, atau
penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Bahan
makanan tambahan ini biasanya ditambahkan pada makanan yang mudah mengalami
kerusakan atau mempunyai masa simpan tidak lama. Dengan demikian tujuan utama
dari penambahan bahan pengawet dalam bahan makanan adalah untuk mencegah
kerusakan bahan makanan tersebut oleh karena aktifitas mikroorganisme baik
golongan jamur, ragi, maupun bakteri, sehingga mempunyai masa simpan lebih
lama. Bahan pengawet aman digunakan jika sesuai dengan kadar yang telah
ditentukan. Salisilat, benzoat, dan borak merupakan bahan tambahan yang
biasanya ditambahkan pada makanan yang berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia
dan terakumulasi dalam tubuh. Efek dari bahan tambahan yang berbahaya bersifat
kronis yang biasanya menyerang organ-organ tubuh penting.
C.
Alat dan
Bahan
1. Alat :
a.
Corong
pemisah
b. Pipet ukuran
1ml, 5ml, 10ml
c.
Cawan
porselin
d. Tabung
reaksi
e.
Tabung
erlenmeyer
f.
Pipet tetes
g. Bunsen
h. Kompor
listrik
i.
Pinset
2. Bahan :
a.
H2SO4
4N
b. Eter
c.
FeCl3
1%
d. Aquabromata
e.
HNO3
pekat
f.
Ammonium
sulfida
g. H2SO4
pekat
h. Ammonia
pekat
i.
Ca(OH)2
10%
j.
Kertas
curcuma
k. Alkohol
l.
KNO3
kristal
m. HCl 10%
n. Methanol
D. Prosedur
Kerja
1. Pemeriksaan
Salisilat dan Benzoat
a.
Memasukkan
25ml sampel cair ke dalam corong pemisah.
b. Menambahkan
beberapa tetes H2SO4 4N hingga asam (cek dengan kertas
lakmus).
c.
Menambahkan
10-15ml eter, digojok (gojokan pertama gas yang timbul dikeluarkan melalui
kran, begitu pula pada gojokan berikutnya sampai gas habis, kmudian dilakukan
penggojokan cepat selama 30-60 detik)
d. Corong
pemisah didiamkan dalam kondisi tegak sampai terlihat dua lapisan terpisah
(lapisan atas adalah eter, lapisan bawah adalah cairan sampel).
e.
Lapisan eter
diambil, dibagi dalam 2 cawan porselin (1 cawan untuk pemeriksaan salisilat, 1
cawan untuk pemeriksaan benzoat). Eter pada masing-masing cawan diuapkan pada
suhu kamar sampai kering.
f.
Untuk sampel
berupa padatan, ekstraksi dilakukan denganlabu erlenmyr tutup asah, ekstrak
eter diambil dengn jalan penuangan.
Identifikasi Salisilat
a.
Ekstrak eter
pada salah satu cawan porselin diatas ditambah beberapa ml aquades,
diaduk-aduk, selanjutnya dibagi dalam 3 tabung reaksi.
b. Pada tabung
reaksi I ditambah 1-2 tetes FeCl3 1% , timbulnya warna ungu
menunjukkan adanya salisilat.
c.
Pada tabung
reaksi II ditambah beberapa tetes aquabromata, timbulnya kekeruhan/endapan
putih menunjukkan adanya salisilat.
d. Pada tabung
reaksi III ditambah 1-2ml H2SO4 pekat dan 2-4ml etanol,
selanjutnya dipanaskan dengan api kecil sampai mendidih. Uap yang timbul
dicium, adanya bau harum (etil salisilat) menunjukkan adanya salisilat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar